Senin, 17 Februari 2020

sejarah Museum Lampung Ruwa Jurai Paling


Museum Lampung adalah museum yang terbesar di Lampung. Museum ini menjadi kebanggaan rakyat Lampung selain Siger dan Menara Siger. Luas Museum Lampung adalah 17.010 m2 dan memiliki koleksi sebanyak 4735 buah. Pada tahun 2011, Museum Lampung sudah dikunjung oleh 127.362 pengunjung. Pengunjung rata-rata dari golongan guru, budayawan, sastrawan dan wartawan. Kalau golongan siswa dan mahasiswa, biasanya mereka datang untuk mengerjakan tugas atau makalah terkait dengan budaya dan sejarah. Manajemen museum memperkerjakan lima puluh pegawai untuk mengelola museum. Selain ruang koleksi, Museum Lampung memiliki penyimpanan koleksi, ruang administrasi, audio visual, aula, auditorium, laboraturium, fumigasi, bengkel dan perpustakaan.


Sejarah Museum Lampung

Sejarah Museum Lampung

Museum Lampung dibangun pada tahun 1975. Tapi peletakan batu pertama Museum Lampung dilakukan 1978. Kemudian, Museum Lampung diresmikan pada taggal 24 September 1988 yang bersamaan dengan Hari Aksara Internasional di PKOR Way Halim. Peresmian dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu. Yaitu Prof. Dr. Fuad Hasan.
Nama lain Museum Lampung adalah Ruwa Jurai. Makna dari Ruwa Jarai adalah dua keturunan penduduk Lampung yaitu masyarakat asli Lampung dan transmigran. Nama ini diambil dari tulisan di logo Provinsi Lampung yaitu Sai Bumi Ruwa Jurai. Ketika otonomi daerah digalakkan oleh pemerintah ketika tahun 2001, status museum ini jadi Unit Pelaksana Teknik Daerah (UPTD) dan dinaungi oleh Dinas Pendidikan Provinsi Lampung.
Koleksi Museum Lampung
Museum Lampung adalah tempat pelestarian sejarah khususnya sejarah Lampung. Koleksi Museum Lampung meliputi peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Seperti yang kita tahu, Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan beragama Budha yang sangat kuat di aspek maritimnya. Contoh peninggal Sriwijaya seperti Prasasti Tulang Bawang, baju baja milik prajurit Sriwijaya, meriam dan pakaian adat.
Koleksi lain seperti peninggalan biologi, geologi, numismatik (studi untuk mengumpulkan mata uang atau koin), etnografis (studi untuk mempelajari etnis), sejarah, filologi (ilmu untuk mempelajari bahasa), keramologi, teknografi dan arkeologi. Tiap koleksi dideskripsikan dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Koleksi etnografilah yang tertinggi dengan angka 2079. Koleksi Museum Lampung didapatkan dari hibah. Jika anda memiliki benda-benda bernilai sejarah bisa anda hibahkan. Tentu sangat diapresiasi oleh pihak museum dan Pemerintah Lampung.
  1. Halaman Depan Museum Lampung
Dimulai dari halaman museum, pengunjung sudah melihat beberapa koleksi. Seperti Rumah Panggung dari desa Kenali yang merupakan rumah adat masyarakat Lampung barat yang bernama Lamban Persagi. Rumah Panggung didirikan agak tinggi agar pemilik rumah terlindung dari binatang buas. Ada lumbung padi, lesung dan alat penumbuk yang menemani Rumah Panggung. Ada juga meriam kuno dari era penjajahan Belanda yang disebut Meriam Ula atau Meriam Benteng.
Di sisi kiri taman, ada koleksi peralatan kapal kuno. Seperti pelampung dan jangkar. Ada juga bola besi raksasa yang diameternya setinggi manusia. Bola besi ini dulu digunakan untuk membuka lahan transmigrasi di Lampung Timur pada tahun 1953 hingga 1956. Waktu itu Indonesia masih diperintah oleh Bung Karno. Untuk menggunakan bola besi ini harus menggunakan dua traktor untuk merobohkan semak dan pohon di area tanah yang akan digunakan untuk transmigrasi.
2. Koleksi Historis di Lantai Satu Museum
Memasuki museum, pengunjung dipersilahkan untuk memilih lantai satu atau lantai dua terlebih dahulu. Di lantai satu, pengunjung bisa melihat peninggalan sejarah. Koleksi dari zaman kerajaan juga ada seperti Prasasti Batu Bedil, Prasasti Bungkuk, Prasasti Bawang, Prasasti Ulu Belu, Prasasti Dadak, Prasasti Bohdalung yang berbahasa Banten dan Prasasti Tanjung Raya. Bukti masuk dan perkembangan Islam juga ada seperti Al-Quran yang tulis tangan di kertas deluang, talam, teko alpaka, stempel Marga Sabu dan tulisan aksara Lampung dengan Bahasa Lampung, Arab dan Banten.
Peninggalan Raden Inten II seperti keris, pedang dan beberapa pistol yang digunakan untuk melawan Belanda. Raden Inten II adalah pahlawan nasional dari Lampung yang merupakan keturunan dari Sunan Gunung Jati dan lahir pada tahun 1834. Beliau gugur dengan tragis karena pengkhianatan dan jebakan oleh aliansi Raden Ngrapat dan Belanda pada tahun 1858. Perjuangan Raden Inten II tidak hanya dikenang lewat koleksi di museum tapi juga diabadikan namanya menjadi nama bandara dan nama perguruan tinggi. Selain alat perang Raden Inten II, mata uang Belanda juga menjadi koleksi Museum Lampung yang membuktikan campur tangan Belanda di bumi Lampung ini.
Peristiwa prasejarah juga terdokumentasikan di Museum Lampung. Meski tidak sebanyak koleksi etnografis. Alat-alat bertahan hidup seperti nekara, kapak penetak, kapak perimbas, beliung persegi, serpih bilah, belincung, alat tenun dan kapak lonjong yang digunakan ketika kondisi manusia masih nomaden. Alat-alat ritual keagamaan juga menjadi koleksi seperti arca dan menhir ketika penduduk Indonesia masih menganut ajaran dinamisme dan animisme. Fosil manusia purba seperti Homo sapiens dan Homo erectus juga ada. Sebagian besar dari zaman neolithikum. Neolithikum adalah era yang dimulai sejak dua belas ribu tahun yang lalu ketika manusia sudah mulai mengenal pertanian.
Walau sedikit, peristiwa geologi dan zoologi juga dijelaskan. Untuk geologi ada diorama Gunung Krakatau yang meletus pada 26 hingga 27 Agustus 1883. Untuk zoologi ada diorama hewan-hewan khas Sumatra yaitu harimau, beruang madu, gajah dan trenggiling.
3. Koleksi Etnografis dan Budaya di Lantai Dua Museum
Koleksi di lantai dua mengandung unsur etnografis atau budaya rakyat Lampung. Cukup banyak aksesoris dari dua etnis Lampung yaitu Pepadun dan Saibatin. Pernak-pernik pernikahan Saibatin dibentuk dengan menarik. Dua etnis ini punya ciri khusus di aksesoris maupun ritual adat. Ritual adat dimulai dari kehamilan, persalinan, masa balita, remaja, dewasa, perkawinan hingga kematian. Tentu di tiap prosesi upacara ada nilai kehidupan yang sangat luhur. Ada kain berwarna kecoklatan dan bermotif seni khas Lampung yang cukup indah. Kain ini digunakan untuk ritual kematian. Di dekatnya ada dua wadah mirip kendi yang terbuat dari logam dan tanah liat. Ada juga kain tapis yang didesain mirip sarung. Bahan dasarnya kapas dan motif dasar berbentuk horizontal.
Beberapa bagian dari kain tapis dihiasi oleh sulaman benang perak, emas dan sutera. Perahu lesung dari Terbanggi Besar juga menjadi bagian koleksi Museum Lampung. Beberapa naskah kuno khas Lampung yang ditulis di media yang tak biasa seperti daun lonta, tanduk, bambu dan kulit kayu. Senjata jarak pendek seperti keris Sumatra (beda dengan keris Jawa yang memiliki lekukan), tombak dan katana. Masih belum jelas bagaimana pedang khas Jepang macam katana bisa sampai di Lampung. Hubungan Lampung dengan luar negeri dibuktikkan dengan koleksi keramik dari Siam dan China. Koleksi keramik yang berasal dari Dinasti Ming ini adalah hadiah dari Kaisar Ming. Keramik yang ada berbentuk piring, gelas dan guci.
Bicara masalah objek, Museum Lampung mengkoleksi cukup banyak benda-benda berbahan kuningan. Seperti nampan, tudung saja, bokor, mangkok, lampu, peralatan makan, pesihungan, nampan berkaki, lesung, alu, pekinangan, dupa, talo lunik, terompet, petuk, bende, siger pepadun, kopiah balak, kopiah mas, siger pengantin, siger mirul, kembang pandan, kalung papan jajar, peneken, kalung buah jukum, kalung ringgit, kalung sabku inuh, gelang kano, gelang burung, gelang ibit, gelang duri, tangai dan pending.
Denah Lokasi Museum Lampung
Museum Negeri Lampung atau biasa disebut dengan Museum Lampung merupakan museum pertama yang dimiliki oleh Lampung. Letaknya berada di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, Sumatera, Indonesia. Alamatnya berada di Jalan ZA Pagar Alam No. 64. Cara menuju Museum Lampung cukup mudah. Museum Lampung tak begitu jauh dari pusat Bandar Lampung. Pengunjung hanya perlu melakukan perjalanan selama lima belas menit dari pusat kota. Pengunjung juga bisa mengakses dari titik yang lain. Pengunjung perlu satu jam dari bandara Raden Inten, perlu tiga jam dari pelabuhan, perlu sepuluh hingga lima belas menit dari terminal bus Rajabasa (kira-kira tiga ratus meter dari terminal bus Rajabasa) dan perlu dua puluh menit jika dari stasiun kereta api.
Cukup dekat dengan Universitas Lampung juga dengan jarak dua puluh meter dari Lampu Merah Simpang Universitas Lampung. Letaknya tepat di depan SMPN 22 Bandar Lampung. Jika sudah sampai, anda akan melihat tulisan “MUSEUM LAMPUNG” berwarna putih di atas atap berwarna merah. Museum ini aktif setiap hari dan museum dibuka mulai jam delapan pagi hingga jam dua. Sedangkan khusus hari jumat, museum hanya dibuka dari jam delapan hingga setengah sebelas. Museum Lampung tutup hanya waktu libur nasional. Untuk tarif masuk cukup murah. Hanya empat ribu rupiah untuk dewasa dan lima ratus untuk anak-anak. Ketika anda datang dengan rombongan, maka per kepala bisa dihargai lebih murah yaitu seribu rupiah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar