Senin, 17 Februari 2020

Museum Ronggowarsito



Museum Ronggowarsito


PATUNG DADA RONGGOWARSITO

Luas Museum Ranggawarsito mencapai 8.438 meter persegi, terdiri dari pendapa, gedung pertemuan, gedung pameran tetap, perpustakaan, laboratorium, perkantoran, gedung deposit koleksi, dan berdiri di atas lahan seluas dua hektar lebih.
Sebagai museum provinsi terbesar dengan didukung kekayaan lebih dari 50.000 koleksi, Museum Jawa Tengah Ronggowarsito dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana penunjang sehingga dapat dinikmati oleh pengunjung. Fasilitas tersebut antara lain 4 gedung pameran tetap, masing-masing terdiri dari 2 lantai; dan satu ruang koleksi emas. Sembilan ruang pameran/galeri Museum Jawa Tengah Ronggowarsito sebagai berikut:
1. Gedung A: Galeri Geologi (Lantai I)
  • Gunungan Blumbangan: tradisi Gunung Blumbangan dirancang oleh Raden Patah pada abad ke-15. Gunungan menggambarkan alam semesta, manusia, dan lingkungannya.
  • Lukisan Alam Semesta
  • Koleksi Kosmologika: berupa lukisan-lukisan galaksi, proses terbentuknya planet, atmosfer Bumi; serta koleksi benda angkasa luar berupa meteorit.
  • Koleksi Geologika dan Geografika: mencakup ilustrasi skala waktu geologi, diorama stalaktit-stalagmit, formasi batuan Karangsambung-Kebumen yang merupakan daerah penelitian batuan terbesar di Asia Tenggara.
  • Koleksi Ekologika: menyajikan diorama ekosistem, koleksi awetan binatang, dan foto-foto lingkungan alam yang terkenal di Jawa Tengah.


smg_PE.jpg

FOSIL TENGKORAK 
PITHECANTHROPUS ERECTUS
2. Gedung A: Galeri Paleontologi (Lantai II)
  • Kelompok Paleobotani: koleksi fosil-fosil kayu dari Sangiran yang terbentuk karena proses mineralisasi yaitu meresapnya mineral (silikat) kedalam struktur/pori-pori kayu, dan ilustrasi bentuk tumbuhan zaman purba.
  • Kelompok Paleozoologi: fosil (kerang, gajah purba, kerbau purba, dll) dan ilustrasi kehidupan binatang purba.
  • Kelompok Paleontologi: koleksi fosil-fosil fragmen tulang manusia purba jenis Pithecanthropus erectus, manusia-kera yang berjalan tegak.
3. Gedung B: Peninggalan dari peradaban Hindu-Buddha (Lantai I dan II)
Budaya yang berasal dari pengaruh Hindu-Buddha dari India sering juga disebut peradaban klasik. Peradaban tersebut datang secara bergelombang, bermula dari awal tarikh Masehi, dan membawa tiga perubahan besar bagi masyarakat lokal yaitu: mengenal ajaran Hindu-Buddha, mengenal sistem pemerintahan kerajaan, dan mengenal bentuk tulisan. Koleksi yang dipamerkan berupa:
  • Miniatur Candi Borobudur, Prambanan, Kalasan.
  • Replika Prasasti Tukmas dan Cangal.
  • Arca-arca dan replika, lingga-yoni, kala-makara. Arca Ganesha dari Sawit, Boyolali, sangat sempurna dilihat dari sisi artistik.
  • Koleksi yang berhubungan dengan kehidupan religi seperti kentongan, kendi, genta, cermin yang dibuat dari perunggu.
  • Peralatan sehari-hari berupa lampu gantung, bokor, bejana, talam, cetakan mata uang.


smg_mantingan.jpg

ORNAMEN DUA SISI
MASJID MANTINGAN, JEPARA
4. Gedung B: Peninggalan dari berbagai zaman peradaban(Lantai II)
  • Zaman batu: peradaban batu berupa serpih, kapal genggam, kapak besar (beliung), punden berundak, menhir, arca-arca di Jawa Tengah tersebar di berbagai wilayah.
  • Zaman perunggu: berupa benda-benda peralatan (kapak corong) dan benda-benda untuk kepentingan upacara keagamaan seperti nekara, digunakan dalam upacara memanggil hujan.
  • Zaman besi: tidak tersedia
  • Peradaban Polinesia: disebut peradaban Polinesia karena berbagai langgam budaya yang ditinggalkan khas budaya Polinesia, berupa arca mirip Ganesha temuan dari Desa Jalatiga, Kecamatan Doro, Pekalongan.
  • Peradaban Hindu-Buddha
  • Zaman pengaruh Islam: pesisir utara Jawa Tengah (Tegal, Pekalongan, Semarang, Demak, Kudus, Jepara, Rembang, Lasem) termasuk daerah awal persebaran pengaruh Islam di Indonesia. Koleksi berupa fragmen seni hias, replika kaligrafi karya RM Sosrokartono, serta miniatur Masjid Agung Demak dan Masjid Sunan Kudus.
  • Peninggalan zaman kolonial: berupa meriam pertahanan temuan dari Tegal dan Brebes, pedang militer, lonceng dan jangkar kapal, dll.


smg_saradan.jpg

PENGANGKUT KAYU JATI
5. Gedung C: Galeri bersejarah perjuangan bersenjata (Lantai I)
Koleksi dibagi dua bagian: koleksi semasa perjuangan fisik dan diplomasi, serta diorama antara lain: Diorama pertempuran lima hari Semarang, diorama peristiwa Palagan Ambarawa, Diorama gerilya dan kembali ke Yogyakarta.
6. Gedung C: Galeri koleksi teknologi dan kerajinan tradisional(Lantai II)
Ruangan ini dibagi menjadi beberapa bagian, mencakup ruang teknologi mata pencaharian, ruang teknologi industri dan transportasi, ruang teknologi kerajinan, dan rumah tinggal.
7. Gedung D: Galeri Pembangunan (Lantai I)
Galeri in dikelompokkan kedalam Ruang Pembangunan, Ruang Numismatika dan Heraldik, Ruang Tradisi Nusantara, Ruang Intisari dan Hibah.
8. Ruang D: Galeri Kesenian (Lantai II)
Galeri kesenian menampilkan koleksi benda dan peralatan kesenian yang dipisahkan menjadi (1) Seni Pergelaran, dan (2) Seni Pertunjukan dan Seni Musik.
Ruang Seni Pergelaran ditampilkan kesenian wayang. Wayang merupakan kesenian asli Indonesia yang dalam perkembangannya telah mengalami perubahan baik dalam bentuk jenis maupun fungsinya. Belasan jenis wayang yang ditampilkan adalah:
  • Wayang Beber: teknik pergelaran dengan cara membentangkan (mbeber) adegan yang dilukis pada kain. Mengangkat kisah Panji.
  • Wayang Kidang Kencana: ciri fisik tokoh-tokohnya dicat kuning keemasan. Mengangkat kisah Panji.
  • Wayang Kaper: dibuat dalam ukuran kecil untuk latihan memainkan wayang bagi anak-anak di lingkungan keraton.
  • Wayang Kandha/Ramayana: mengangkat epik Ramayana.
  • Wayang Purwa: disebut juga wayang Mahabarata karena mengangkat kisah Mahabarata.
  • Wayang Madya: mengangkat kisah sambungan Parwa ke kisah Panji. Diciptakan pada zaman Mangkunegaran IV oleh Raden Ngabehi Tandakusuma.
  • Wayang Gedhog: mengangkat kisah Panji, dikenal pada zaman Raja Jayabaya, Kadiri. Tokoh-tokoh menggunakan nama-nama binatang (Kuda Laweyan, Kebo Anabrang, Lembu Amiluhur)
  • Wayang Potehi: mengangkat kisah roman dari Negeri Cina seperti Sampek Engtay.
  • Wayang Suluh: diciptakan pada zaman revolusi oleh Raden Mas Said, mengangkat kisah-kisah perjuangan revolusi.
  • Wayang Pesisiran: disebut juga wayang Semarangan.


smg_wayang_kulit.jpg

PROSES PEMBUATAN WAYANG KULIT
Dua jenis wayang lainnya adalah Wayang Kayu dan Wayang Kontemporer. Lima jenis wayang berbahan baku kayu adalah:
  • Wayang Dupara: mengangkat kisah dari zaman Majapahit hingga Perang Dipanegara. Tokoh-tokohnya Untung Surapati, Jaka Tingkir, Dipanegara.
  • Wayang Klithik Gedhog: mengangkat kisah Damar Wulan, diciptakan pada zaman Amangkurat I, tokoh-tokohnya bersenjata golok.
  • Wayang Golek Purwa: mengangkat kisah Ramayana dan Mahabarata
  • Wayang Golek Menak: mengangkat kisah Menak (Islam). Nama-nama kerajaan berinisial Jawa, misalnya Mekah disebut sebagai Keraton Puser Bumi.
  • Wayang Golek Menak Panthek: mengangkat kisah Babad Tanah Jawa. Tokoh-tokoh seperti Joko Tarub dan Tujuh Bidadari.
Wayang Kontemporer karena diciptakan di zaman kontemporer. Lima jenis koleksi museum adalah:
  • Wayang Buddha: mengangkat kisah Sidharta Gautama, diciptakan Ki Hadjar Satoto dari Surakarta.
  • Wayang Wahyu: mengangkat kisah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Diciptakan oleh RM Soetarto Hardjowahono, atas pesanan Bruder Thimoteus.
  • Wayang Warta: mengangkat kisah-kisah pada Kitab Injil, diciptakan oleh RM Soemiyanto dari Klaten.
  • Wayang Sadat: mengangkat kisah Babad Tanah Islam di Tanah Jawa, diciptakan oleh Surjadi dan Sunardi dari Klaten.
  • Wayang Kancil: mengangkat fabel dari buku Kancil Kridha Martani.
Koleksi Ruang Seni Pergelaran lainnya adalah peragaan pergelaran Wayang Purwa dan Wayang Orang. Wayang Orang merupakan perpaduan antara seni drama, seni tari, dan seni (musik) gamelan. Mengangkat kisah Ramayana dan Mahabarata. Dalang berperan sebagai pembawa cerita dan suluk, sedang dialog dilakukan oleh masing-masing tokoh.
Ruang Seni Pertunjukan dan Seni Musik menampilkan beberapa bentuk pertunjukan kesenian rakyat, yaitu: kuda lumping, barongan, nini thowok, dan beberapa foto penunjang kesenian pertunjukan.
9. Ruang E: Galeri Koleksi Emas
Merupakan ruang susulan untuk menampilkan koleksi emas. Diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Edy Setyawati, pada tanggal 14 Oktober 1996. Koleksi dibagi menjadi empat kategori:
  • Perhiasan badan: anting-anting, gelang, binggel, hiasan dada, kelat leher, ikat pinggang
  • Perhiasa kepala: mahkota dan grado
  • Berbagai bentuk cincin
  • Benda-benda untuk sarana upacara keagamaan, mata uang, lempengan prasasti, arca, keris, dan mangkuk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar